MAKNA DAN FUNGSI AFIKS DALAM
BAHASA ARAB
Oleh
Lailatul qomariyah,M.Pd.I
I. Pendahuluan
Afiksasi atau al-ilshoq dalam kajian
pesantren salafi yang sering disebut ziyadah merupakan kajian kebahasan yang
memiliki peranan penting dalam pembentukan kata-kata baru. Dalam kaitannya dengan pembentukan kata baru afiks merupakan
penambahan yang menghendaki makna atau fungsi baru yang tidak mampu terjangkau
dengan hanya mengandalkan perubahan internal yang merupakan ciri khas bahasa
arab( istiqoq).
Pengafikans
dalam bahasa arab sama halnya dengan pengafikans dalam bahasa indonesia yaitu
selalu mengahasilkan beberapa makna (faidah) dan fungsi (perubahan
kelas kata), sehingga walaupun bentuk dasarnya sama setelah mendapakan
afiks maka makna dan distribusi pada kalimat akan berbeda, karena telah menjadi
kata baru yang bergeser maknanya dari makna sebelum terjadi afiksasi.
Untuk
penjelsan tentang makna dan fungsi akan kami ulas secara singkat pada pembahasan
dibawah ini.
II. Pembahasan
A. Fungsi Afiks
Ramlan (1980: 98)
memberikan gambaran dan beberapa contoh sebagaimana berikut untuk
mendefinisikan fungsi afiks. Kata makan dan minum termasuk golongan verbal,
setelah mendapat afiks -an menjadi makanan dan minuman, kata tersebut termasuk
golongan kata nominal. Bahasa Arab juga memiliki prilaku morfologis seperti
itu. Kata waraqun dan thamarun merupakan golongan kata nomina,
setelah mendapat imbuhan prefiks hamzah( أ
) menjadi أورق dan اثمرmerupakan golongan kata kerja. Maka dapat didefinisikan
bahwa fungsi sufiks –an pada contoh dalam bahasa Indonesia di atas adalah
mengubah kata kerja menjadi kata benda sedangkan prefiks Pada contoh bahasa Arab di
atas prefiks –أ berfungsi mengubah kata benda menjadi kata
kerja.
Kata cangkul,
gunung, dan batu termasuk golongan kata
nominal. Setelah mendapat afiks men- menjadi mencangkul, menggunung, dan
membatu, maka kata-kata tersebut termasuk golongan kata verbal. Maka dapat
dikatakan bahwa afiks men- disini berfungsi sebagai pembentuk kata verbal.
Kata حَجَرٌ ’batu’, دَقِيْقٌ ’tepung’, dan جَبَلٌ ’gunung’ termasuk golongan kata nominal setelah mendapat penambahan sufiks
–ي menjadi daqiqiy, hajariy dan jabaliy,
kata-kata tersebut termasuk golongan adjektiva, atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa sufiks –y berfungsi sebagai pembentuk adjektiva.
Beberapa perubahan
dari satu kelas kata menjadi kelas kata lain sebagai akibat penambahan afiks
disebut sebagai fungsi gramatik atau hanya sering disebut fungsi afiksasi dalam
kajian morfologi (Ramlan, 1980: 98). Selain memiliki fungsi gramatikal,
afiksasi juga memiliki fungsi semantik. Fungsi semantik lebih lanjut sering
disebut dengan makna afiksasi dalam kajian morfologi. Pembahasan tentang makna
atau fungsi semantik akan kami paparkan pada sub bahasan di bawah ini.
B. Makna Afiks
Makna merupakan
istilah yang paling ambigu dan paling kontroversial dalam teori tentang bahasa.
Dalam the meaning of meaning, Ogden dan Richard tidak kurang
mengumpulkan dari 16 definisi yang berbeda bahkan menjadi 23 jika tiap bagian
kita pisahkan(-: 65). Kekaburan itu sebenarnya dapat dikurangi dengan
mempersempit perhatian ke arah makna kata saja. Banyak unsur lain selain kata
yang mempunyai makna tertentu. Dari segi definisi, semua morfem yang signifikan
dan begitu pula kombinasi-kombinasi tiap-tiap morfem itu masuk dan berbagi
makna memegang peranan masing-masing dalam keseluruhan makna ujaran.
Meaning atau makna
secara umum dapat didefinisikan bentuk pengetahuan yang bersifat empirik yang
tersimpan dan diungkapkan dalam bahasa yang berstruktur dan dalam bahasa yang
bersifat data. Meaning, kalau kita menjelaskan meaning kita harus
menganalogikan dengan istilah lain yang berkaitan dengan kata meaning
contohnya, ada leksikal meaning, interpersonal meaning, grammatical
meaning, linguistic meaning, utterence meaning, sentence meaning dll. Meaning
adalah arti atau makna yang merupakan hasil abstraksi manusia terhadap
realita yang diinderanya. Makna ada pada abstraksi manusia. Jadi yang lebih ke
sistem pengetahuan adalah meaning. Sementara itu, makna yang dikehendaki dalam
tesis ini adalah makna afiks atau makna yang muncul akibat melekatnya afiks.
Makna afiks atau
sering disebut fungsi semantik (Ramlan, 1980: 98) misalnya kata laptop.
Kata tersebut telah memiliki arti leksikal. Akibat melekatnya afiks ber-
pada kata itu, berubahlah arti leksikalnya menjadi ‘mempunyai laptop’.
Bahasa Arab juga
mempunyai prilaku seperti bahasa Indonesia untuk mengungkapkan makna tertentu
misalnya kata ’حَجَزَ mempunyai arti
leksikal ‘negara Hijaz’ setelah mendapat penambahan afiks hamzah أ maka
akan menjadi Ahjaza memunculkan makna baru yang disebut fungsi semantik
‘menuju Hijaz’. Maka dapat dikatakan bahwa prefiks hamzah mempunyai makna
menuju sesuai makna yang ada dalam bentuk dasar.
Hal ini sesuai
yang telah dijelaskan oleh Ahmad Samiyah
dan Nabilah Abbas (Dalam muhadarah wa tatbiqot fi ilmi al-Dalalah) bahwa makna dalam bahasa Arab bisa terjadi akibat pertama, Perbedaan jenis
verba (madhi, mudori’, dan amar)[1] dan kedua, akibat perbedaan bentuk verba (mujarrod dan mazi>d) dalam
bahasa Arab berpengaruh pada perubahan makna. Umar (1983: 53) juga menjelaskan
bahwa afiksasi dan internal change dapat menyebabkan perubahan makna. Hal ini
menurut Ibnu Jinni termasuk dalam kajian Semantik Morphologi, Ibnu Jinni
membagai kajian semantik morphologi dalam bahasa Arab menjadi tiga. Pertama, Dalalah al-Lafziyah.
Kedua, dalalah al-Shina’iyah. Ketiga, dalalah al-Ma’nawiyah.
Adapun yang
dimaksud dengan makna-makna tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dalalah al-Lafziyah adalah makna yang timbul sebagai
akibat perbedaan fonem yang menyusun sebuah kata.
Contoh: Q – w - m
S – m -a
Perbedaan fonem yang ada pada kedua contoh tersebut
membedakan makna. Fonem q-w-m bisa berati berdiri, sedangkan fonem s-m-a berati mendengar.
Makna tersebut hanya dilihat dari fonem yang menyusun pembentukan kata
tersebut.
b. Dalalah al-Sina’iyah adalah makna yang muncul sebagai
akibat perbedaan wazan yang membentuk suatu kata.
Contoh: Qotala
’membunuh’
Qootala ’saling
membunuh’
Dua contoh
tersebut sama-sama tersusun dari fonem yang sama(q-t-l) tetapi mempunyai makna
yang berbeda karena dibentuk dari wazan yang berbeda. Contoh pertama dibentuk
dari wazan yang thulasi mujjarod(verba asli yang terdiri dari 3 konsonan)
dan contoh yang kedua terbentuk dari fi’l al-Mazi>d
(verba berafiks). Afiks yang melekat pada contoh kedua adalah infiks alif.
c. Dalalah al-Ma’nawiyah adalah makna yang muncul karena adanya
proses internal change.
Contoh: Yadhribu ’sedang
memukul’
Madhruubun ’ yang dipukul’
Makna yang muncul
pada kedua contoh tersebut berbeda karena adanya proses internal change.
III. PENUTUP
Kajian makna dan fungsi
afiks dalam bahasa arab di atas semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menambah khasanah kajian ilmu bahasa yang dewasa ini mulai redup, khususnya
kajian tentang ilmu bahasa arab yang saat ini juga mulai jarang dikaji .semoga kajian
para alim ulama’ terdahulu tentang morfologi dapat menjadi inspirasi bagi kita
untuk mengembangkan khasan kajian ilmu bahasa arab. Ami...........n.
RUJUKAN
Ramlan,
Muhammad.1985. Morfologi Sebuah Tinjauan Diskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Umar, Ahmad
Muhtar. 1983. Ussisa Fi Ilmi Al-Lughoh. Jaamiah Toroobalis.
Ali, Ma’sum.
Amsilatu Tasrifiyah. Surabaya: Maktabah Shaih Salim Bin As’ad Nabhan.
[1] Perbedaan jenis verba(ma>d{i, mud}o>ri’, dan amar) tidak merubah makna leksikal hanya berfumgsi
sebagai pemarkah kala dan tenses dan sekaligus sebagai pemarkah deklinasi nomina pronomina, dan adjektiva,
dan konjugasi verba. Sehingga afiks sebagai pembeda jenis verba, jika di kaitkan dengan teori yang dikemukakan Kridalaksana (2008:
93) termasuk tergolong sebagai afiks infleksional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar