IKAHA TEBUIRENG JOMBANG

Minggu, 01 Juli 2012

PEMBENTUKAN KATA DALAM BAHASA ARAB


PEMBENTUKAN KATA DALAM BAHASA ARAB
Oleh :
Lailatul Qomariyah, M.PdI

A. Pendahuluan
            Kata merupakan salah satu satuan lingual yang memiliki peranan yang penting dalam penyusunan sebuah kaliamat, dengan kata satuan lingual kalimat, paragraf, dan wacana bisa terbentuk. Kata yang mampu membentuk satuan lingual tersebut tentunya sebuah kata – kata yang sinergi secara simantis  maupun secara struktural sehingga kata-kata tersebut mampu berdistribusi dengan kata  yang lain dan mampu terbentuk menjadi kata-kata yang indah. Berkaitan dengan hal itu maka pembentukan kata memiliki peranan yang penting untuk menjadikan sebuah tatanan kata menjadi benar dan bagus sehingga tidak terjadi ambiguitas pemahaman baik secara makna atau secara struktur. Oleh karena itu penulis akan membahas sedikit tentang bagaimana pembentukan dalam bahasa arab.
B.     Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab
      Haywood menyatakan (1965: 1) bahwa kata dalam bahasa Arab Ciri khasnya yaitu konsonan dan akar katanya pada umumnya terdiri dari tiga huruf asli yaitu konsonan pertama (K1), konsonan kedua (K2), dan konsonan ketiga (K3). Di samping itu juga ada yang terdiri dari empat huruf asli. Pada akar yang terdiri dari empat konsonan, konsonan yang keempat merupakan hasil pengulangan K3 atau dalam penelitian nanti kita akan menggunakan istilah K4.
Para ahli ilmu morfologi bahasa Arab mempunyai istilah tersendiri untuk menyebut konsonan-konsonan akar dalam pembentukan kata dalam bahasa Arab.  ”Fa’fiil” untuk menyebut konsonan pertama (K1), “Ain Fiil” untuk konsonan kedua (K2), dan “Lam Fiil” untuk konsonan ketiga (K3). Kata dalam bahasa Arab banyak tersusun dari tiga huruf tetapi ada beberapa kata yang tersusun dari empat huruf, akan tetapi huruf terakhir pada kata-kata yang terbentuk dari empat huruf merupakan hasil reduplikasi dari “Lam Fiil” yang terdiri dari “Lam fiil pertama” dan “Lam Fiil Kedua” (Maftuhin, - : 9). Untuk memahami konsep akar kata dalam bahasa Arab tersebut perhatikan verba dibawah ini.
فعل  : Fa’ di sebut fa’ fiil(KI), ’Ain disebut ’ain fiil(K2),  dan lam disebut lam fiil(K3).
فعلل : Fa’ di sebut fa’ fiil(KI), ’Ain disebut ain fiil(K2), lam disebut lam fiil(K3), sedangkan lam fiil yang ke empat disebut K4 dan Dua Lam tersebut dalam bahasa Arab sering disebut Lam fiil pertama” dan “Lam Fiil Kedua” (Maftuhin, - : 9).
Begitu juga huruf yang sejajar dengan  فعل فعلل mempunyai sebutan yang sama Seperti kata d}a-ra-ba dan da-h}-ro-ja fonem pertama sampai ketiga dan ke empat berturut-turut akan disebut seperti yang berlaku pada kata fa-’a-la dan fa-’-la-la. Dari prinsip ini kita akan mudah mengenali prinsip bentuk dasar  pembentukan kata dalam bahasa Arab.
 Selain itu kata dalam bahasa Arab juga dibentuk dengan beberapa proses sebagaimana berikut:
1.      Qiyas,
2.       Ishtiqoq,
3.       Al-Istiqo, Al-Aksiy,
4.       At-Tas}rif, An-Nah}tu,
5.       Al-Bina’ Al-Awa>ilu,
6.       Al-Iqtirodh,
7.       Al-Ikhtis}or,
8.        Al-Tarki>b (Al-khuli, 1993: 90-93).
 Qiyas adalah pembentukan kata dengan mengikuti wazan kata yang telah ada contoh fa>rihu dan ka>rimu mengukuti wazan fa>ilu . Ishtiqoq  adalah  pengambilan satu kata  atau lebih dalam pembentukan kata baru untuk menghendaki kesesuaian bentuk dan makna kata contoh mifta>h}un 'kunci' merupakan kata yang berishtiqoq dari verba fatah}a 'membuka', Al-Istiqo dan Al-Aksiy adalah proses pembentukan kata dari nomina contoh: sa'awada(V) berasal dari su'udiyah(N). Sedangkan At-Tas}ri>f (internal change) adalah pembentukan kata baru yang terbentuk dari kata itu sendiri, contoh yad}ribu 'sedang memukul' berasal dari d}oroba 'telah memukul'.  Al-Nahtu adalah proses pembentukan kata dari penggabungan dua kata contoh: basmala' telah membaca bismilah' berasal dari qo>la bismi alla>hi al-Rohman al-Roh}i>mi dan haiya'ala'' telah membaca taawudh' berasal dari qo>la haiya 'ala al-fala>h. Al-Bina Al-Awa>ilu (singkatan) yakni pembentukan kata dari dua kalimat atau lebih dengan mengambil huruf-huruf awal saja contoh: WF>>< berasal dari waka>lah falestin. Al-Iqtirodh (adopsi) adalah pembentukan kata yang bentuk dasarnya dari bahasa asing, misalnya: ra>diyu 'radio', tilfa>z 'televisi' dan ra>da>r 'radar'. Al-Ikhtisor (pemendekan) adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi bentuk singkat, tetapi maknanya sama dengan bentuk utuhnya, misalnya: mindari berasal dari ma> adri 'saya tidak mengerti', mafi>s berasal dari ma> fi> shai’ 'tidak ada sesuatu disini'. Al-Tarkib(komposisi) adalah hasil dari penggabungan morfem dasar ke morfem dasar lainya  karena menghendaki makna baru contoh: nazuz sila>h' pelucutan senjata'


Sedangkan menurut  muhammad sidusan( 76: ) mengatakan selain pembentukan kata diatas dalm bahasa arab juga memiliki pembentukan kata yang lain. Yaitu:
1.      An-nahtu.
2.      Al-qolbu.
3.      Al-ibdal.
Annahtu adalah membentuk satu kata atau dua kata atau lebih dengan maksud menyingkat  dan mempermudah ucapan. An-nahtu dapat dibedakan menjadi dua
a. nahtu lin yaitu kalimat yang menunjukkan pengucapan kaliamat itu. Masdarnya mengikuti fiilnya. Contoh: hamdala menjadi hamdalatan
b. annahtu dari isim .contoh: abqosy dan taymaly yaitu nisbah dari imrul qoys dan taymu allat.
Al-qolbu adalah membalikkan letak salah satu huruf dari tempatnya semula dengan tampa mengubah artinya. Contoh jadzaba menjadi jabadza. Al-ibdal adalah meletakkan suatu huruf di tempat huruf lain yang berdekatan makrojnya dengan ketetapan arti keduanya tetap sama. Ibdal biasanya terjadi karena perbedaan dialek berbagai suku dalam mengucapkan suatu kata.contoh :
قضيت     berasal dari قصصت
Holes (1995: 81) menyatakan bahwa prinsip morfologi dalam bahasa Arab adalah akar(root) dan pola pattern. Afiks derivasional menurut Bauer adalah afiks yang mengahasilkan leksem baru dari sebuah bentuk dasar. Variasi-variasi dalam perbedaan makna diperoleh dengan mengubah vokal akar kata dan menambah afiks-afiks pada dasar misalnya prefiks, infiks, kombinasi afiks dan geminasi. Perubahan vokal akar untuk memperoleh variasi makna tidak menjadi kajian pada tesis ini. Tesis ini hanya mengkaji perubahan makna yang disebabkan oleh penambahan afiks-afiks pada bentuk dasarnya, misalnya: dari akar kata فََرَِحَ  bahagia’ (V-intr) dapat diderivasi menjadi فَرَّحَmembahagiakan’ (V-tran) kata tersebut berubah identitas leksikalnya dari makna V intr    -V tran. Demikian juga, كَسَبَ 'bekerja' setelah mendapat penambahan afiks ا dan ت   bentuknya berubah menjadiاِكْتَسَبَ   'bekerja keras',  kata tersebut berubah identitas leksikalnya karena secara semantis maknanya berubah, sebelum mendapat afiks kata tersebut.
C . Bentuk Dasar, Morfem Dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)
              Empat istilah di atas merupakan istilah yang sangat penting dalam pembahasan afiksasi karena dalam prakteknya nanti empat istilah tersebut akan selalu dipakai untuk mensegmentasi kata– kata yang berafiks. Untuk itu akan dijelaskan pengertian beberapa istilah sebagai berikut:
Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Jadi bentuk- bentuk morfem seperti {juang}, {kucing}, dan{sikat} adalah morfem dasar. Morfem dasar ini ada yang termasuk morfem terikat seperti {juang}, {henti}, dan {abai}; dan ada  yang termasuk morfem bebas seperti{kucing}, {beli}, dan {lari}. Sedangkan morfem afiks termasuk morfem terikat. Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, dapat diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam proses reduplikasi.
Sedangkan istilah bentuk dasar atau dasar saja biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat berupa gabungan morfem. Umpamanya kata berbicara yang terdiri morfem ber- dan bicara, maka bicara adalah menjadi bentuk dasar dari kata berbicara, yang kebetulan juga berupa morfem dasar. Pada kata ”dimengerti” bentuk dasarnya adalah ”mengerti”; dan pada kata ”keanekaragamanbentuk dasarnya  adalah ”aneka ragamdalam bahasa Inggris kata books bentuk dasarnya adalah book; dan kata singer bentuk dasarnya adalah sing.
Selain dua istilah tadi masih ada dua istilah yang penting yang sangat berkaitan dengan afiksasi. Pertama, pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif. Contoh dalam bahasa Inggris kata books pangkalnya adalah kata book. Dalam bahasa Indonesia ada kata menangisi pangkalnya adalah tangis, dan afiks me- adalah sebuah morfem inflektif. Dan yang kedua, adalah Akar atau root digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi (Chaer, 1994: 160), artinya, itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya baik yang infleksional maupun derivasional ditanggalkan misalnya dalam bahasa inggris untouchables akarnya adalah touch. Proses pembentukan untouchables mula-mula adalah pada akar touch, dilekatkan sufiks -able menjadi touchables; lalu dilekatkan prefik Un- maka menjadi untouchable; dan akhirnya ditambahkan sufiks –S sehingga menjadi untouchables.
Konsep yang tersebut di atas adalah konsep afiksasi secara umum, karena dalam bahasa tertentu memiliki kekhasan dalam proses afiksasi. Bahasa Arab memiliki konsep yang khas untuk menentukan akar karena konsep yang dipakai dalam bahasa Arab adalah konsep morfem terbagi yang dipisahkan oleh vokal-vokal seperti : kataba ’dia laki-laki telah menulis’, katabat ’dia perempuan telah menulis’ mempunyai dasar yang sama yaitu k-t-b (Verhar, 2004: 101).
Dari proses pembentukan kata di atas dapat dipaparkan, pertama pada kata dasar touch yang merupakan akar, karena tidak dapat dianalisis lagi, dibubuhkan sufiks derivasional able sehingga menjadi touchable  yang merupakan bukan akar lagi dibubuhkan prefiks derivasional un- sehingga menjadi untouchable. Akhirnya pada dasar untouchable dibubuhkan sufiks infleksional –s, sehingga menjadi kata untouchables.
D. Penutup
            Demikian ulasan singkat tentang pembentukan kata dalam bahasa arab. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Tulisan ini tentunnya banyak kekurangannya baik dari segi isi dan tatanan kalimat untuk itu saran dan kritik selalu kami tunggal.







Rujukan
Al-Huli, Muhammad Ali. 1993. Madkhol Ila 'Ilmu Al-Lughoh. Urdun: Da>rul al-Fala>h.
Chaer, Abdul.1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar